24.2.09

Budaya Anarkisme di Èra Democrazy. (The Art Of Anarkism In Democrazy Of Èra)..

by : ihsan adam

Dear all,

Fenomena aksi kekerasan di negeri ini kian lama semakin memperihatinkan, dan yg lebih menyedihkan lagi bahwa kesemuanya itu terjadi di lembaga pendidikan.
Berawal dari terungkapnya rekaman kekerasan di sebuah sekolah tinggi pendidikan dalam negri STPDN atau yg kini telah berganti nama menjadi IPDN,

hingga menewaskan beberapa orang siswa di sekolah tersebut.
Tragedi ini bermula dari sebuah pelaksanaan 'ospek' terhadap para taruna muda yg baru masuk, di mana para seniornya melakukan tindak kekerasan yg kelewat batas terhadap para juniornya, hingga menyebabkan cacat fisik bahkan kematian. Padahal sebagaimana yg kita tahu bahwa institusi tersebut pada dasarnya adalah berbasis politik sipil dan bukan militer. Namun yg terjadi di lapangan justru sebaliknya, mereka menggunakan sistem militeris, atau mungkin lebih pantas jika disebut sebagai sistem 'premanistis'. Karena tidak dihargainya hak-hak individu dan azasi kemanusiaan, hingga akhirnya kematian pun tidak dapat terelakkan.

Kejadian ini sontak membuat masyarakat terperangah, terlebih lagi para keluarga siswa yg anak-anaknya bersekolah di sana.
Namun apa yg telah terjadi tidak serta-merta membuat kita menjadi sadar dan peduli yg kemudian melakukan introspeksi diri, tapi sebaliknya tragedi kekerasan justru semakin marak yg secara berturut-turut terungkap di media publik.

Menyusul kemudian tragedi sekolah tinggi pelayaran STIP, yg notabene kejadiannya nyaris sama dengan STPDN, yakni masalah senioritas. Lalu berturut-turut tragedi Monas, kerusuhan antar mahasiswa di Makassar, tawuran antar pelajar, penganiayaan yg dilakukan sejumlah guru terhadap muridnya, kekerasan antara anggota di tubuh TNI dan Polri, hingga yg paling menyedihkan kekerasan antar siswi di lingkungan sekolah yg ironisnya kejadian tersebut justru diketahui dan disaksikan oleh teman2 serta guru mereka, dan bahkan ada beberapa oknum pendidik yg dengan sengaja tanpa didasari asas prikemanusiaan mengadu domba para siswi untuk saling baku hantam. Dan masih banyak lagi tragedi kekerasan yg secara kasat mata mungkin terjadi disekitar kita.

Namun ada satu kejadian memilukan yg membuat kita terhenyak tak percaya, yakni tragedi demo anarkis menuntut disahkan-nya provinsi Tapanuli di gedung DPRD Sumut. Massa yg tergabung dalam aliansi Protap, yg berjumlah lebih dari 2000 orang itu, yg sebenarnya mengusung kepentingan pribadi dan kelompok dengan mengatas namakan demokrasi, kesejahteraan rakyat, dan kemakmuran daerah, mulai berkumpul dan bersiap-siap. Dengan seiring teriakan para pendemo, orasi para aktivis, serta komando dari para oknum pejabat yg tak bertanggung jawab, maka sandiwara 'Opera Democrazy'-pun tak dapat dihindarkan. Bukan hanya gedung serta fasilitas kantor DPRD saja yg rusak - yg sebenarnya berasal dari uang rakyat, namun tragedi ini pun akhirnya menewaskan seorang ketua dewan yg terhormat, Bpk.H. Abdul Azis Angkat, yg meninggal seketika setelah mendapatkan penganiaayaan secara fisik maupun mental.
Dan kejadian ini pun akhirnya menyeret beberapa nama oknum pejabat yg menjadi aktor intelektual dibalik tragedi memilukan tersebut.

Dari beberapa kejadian diatas menunjukan bahwa kekerasan seolah-olah telah menjadi sebuah budaya di sebagian masyarakat kita, begitupun dikalangan akademisi yg notabene adalah kaum terpelajar dan terdidik yg tentu saja sangatlah tidak pantas melakukan tindak kekerasan, apalagi dengan mengatasnamakan Rakyat.!!!
Apakah ini yg dinamakan dengan Demokrasi?? Dan apakah anarkisme memang telah menjadi suatu keharusan bagi sebuah Demokrasi?? Lalu apa bedanya kita dengan para Preman???
Mari bersama kita renungkan..


Wassalam...


___________________________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

0 komentar: